Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

Semiotika - Signifier & Signified

Semiotika - Signifier & Signified Selasa, 22 Maret 2022   Pada masa Pandemi yang sudah kita alami selama hampir 3 tahun berjalan ini memberikan saya banyak hal yang saya alami di dalam rumah, perkara pandemi yang menjadikan saya bekerja dengan penuh di rumah membuat saya banyak menyadari hal-hal kecil yang terjadi di rumah, hal- hal ini disadari karena adanya suatu tanda yang cukup sering dirasakan di saat bekerja di meja kerja saya dan saat sedang makan siang.   Hal yang membuat kita sadar akan sebuah tanda terdapat ilmu yang dipelajarinya, ilmu tersebut disebut sebagai Semiotika. Secara etimologis semiotik berasal dari kata Yunani simeon yang berarti “tanda”, maka dari itu ilmu semiotika diartikan sebagai ilmu tentdang tanda-tanda. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Dalam memaknai inilah yang menjadikan manusia dapat memahami tanda-tanda yang terjadi dalam kesehariannya.  

Kajian Visual selain Kajian Semiotika

Semua Ilmu pengetahuan, tanpa kecuali, adalah instrumen (wilden, 1971:xxii). Artinya, ilmu pengetahuan itu merupakan instrumen untuk menemukan kebenaran ilmiah dna untuk menyebarkan teori-teori keilmuan. Suatu pengetahuan akan menjadi ilmu ketika adanya proses di dalamnya dan metode yang di lakukan dalam pengetahuan tersebut. Dari metode itulah menjadikan ilmu sebagai sebuah kajian yang dapat memberikan pendalaman atau penyelidikan dan dapat dipelajari. Dalam Kajian visual salah satunya terdapat kajian semiotika yang diartikan sebagai ilmu tanda-tanda. Didefinisikan oleh Kris Budiman Semiotika adalah ilmu yang berbicara tentang hubungan tanda-tanda dengan berbagai aspek di luar dari tanda. Selain Kajian Semiotika, kajian strukturalisme juga dapat digunakan untuk kajian visual. Dalam strukturalisme tatanan signifikan atau penanda mendahului makna, dnegan kata lain bahwa berbicara tentang adanya manusia sebenarnya bukanlah sebagai subjek, sebaiknya adanya dan struktur itu sendiri berbica